Halaman

Jumat, 28 Desember 2012


DAMPAK NEGATIF PERUBAHAN SOSIAL AKIBAT MODERNISASI


1)   SIKAP MATERIALISTIK
Definisi secara etimologi (secara bahasa)
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Dalam kamus besar bahasa Indonesia materi adalah bahan;benda;segala sesuatu yang tampak. Masih dari kamus yang sama disebutkan bahwa materialis adalah pengikut paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan(harta,uang,dsb).
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika ada kata benda berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.
Definisi menurut istilah
Materialis adalah paham yang hanya bersandar pada materi(ma’dah) yang tidak meyakini apa yang ada di balik alam ghaib. Tidak meyakini alam ghaib berarti tidak meyakini adanya kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Dan hal ini secara otomatis menafikan adanya tuhan sebagai pencipta alam semesta. Karena menurut paham ini, alam beserta isinya berasal dari satu sumber yaitu materi(ma’dah). Pemikiran ini sama halnya seperti atheisme dalam bentuk dan substansinya yang tidak mengakui adanya tuhan secara mutlaq. Para penganut paham ini menolak agama sebagai hukum kehidupan manusia. Mereka lebih mengedepankan akal sebagai sumber segala hukum. Pada akhirnya prinsip ini melahirkan suatu ideologi bahwa hukum hanyalah apa yang bisa diterima oleh akal. Padahal kita ketahui bahwa hasil pemikiran manusia bersifat relatif. Dalam artian bisa salah dan benar.
ü  Ciri- ciri atau karakteristik paham materialistik
Secara global,ciri-ciri paham ini bisa kita klarifikasikan. Setidaknya ada 3 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini:
·         Segala yang ada(wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi(ma’dah).
·         Tidak meyakini adanya alam ghaib
·         Menjadikan panca-indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori materialisme termasuk paham ontologi monistik. Materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme. Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti : roh, hantu, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Allah atau dunia adikodrati/supranatural. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada Penggerak Pertama atau Sebab Pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.

ü  Hubungan materialisme dengan ateisme

Atheisme dan materialis memiliki ikatan yang sangat erat yang tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Yaitu tidak mengakui adanya tuhan. Karena mereka mengingkari alam ghaib.
Istilah materialis dan materialisme adalah suatu ungkapan yang tidak asing lagi ditelinga kita. Terlebih bagi para mahasiswa yang telah banyak bergelut dalam bidang pemikiran. Begitu besar pengaruh paham ini dalam kehidupan manusia sehingga banyak mempengaruhi peta pemikiran manusia yang seharusnya hidup berdampingan secara damai dalam satu payung dunia,tetapi pemikiran ini berdampak sebaliknya bagai racun yang menyebar dan mematikan sendi-sendi kehidupan lantas menghilangkan kemanusiaan seseorang. Pemikiran ini walau kerapkali dihiasi dengan komposisi yang nampak indah dan memukau,tetapi kenyataannya mengandung unsur-unsur yang mematikan bagi persendian kehidupan individu dan sosial. Yang berawal dari menafikan adanya tuhan dan berujung pada penghalalan segala cara guna mencapai suatu tujuan. Kendatipun harus ditempuh dengan cara saling membunuh antar sesama. Karena para penganut paham ini tidak mengakui adanya tuhan dan hari kebangkitan. Yang ada dibenak mereka hanyalah dunia dan kenikmatan.Mengenal suatu pemikiran bisa ditelusuri melalui dampak yang telah dirasakan ditengah masyarakat. Dari skala yang terkecil yaitu keluarga hingga skala terbesar dunia.Sebagaimana suatu pembahasan ilmiah yang baik,harus berpegang pada metode yang yang baik pula. Diantara cirinya yaitu membatasi objek pemahaman,lalu kemudian memberikan definisi yang sesuai. Supaya ada keterikatan antara isi dan tema. Maka untuk mengawali pembahasan ini kita mulai dengan memberikan defenisi paham materialis.
2)   SIKAP INDIVIDUALISTIK
Sikap individualistik selalu memperjuangkan kepentingan dirinya sendiri dibanding menolong orang lain. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.

Paham yang menganggap manusia secara pribadi perlu diperhatikan (kesanggupan dan kebu-tuhannya tidak boleh disamaratakan).paham yang meng-hendaki kebebasan berbuat dan menganut suatu kepercayaan bagi setiap orang; paham yang mementingkan hak per-seorangan di samping kepentingan masyarakat atau negara. Paham yang menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting daripada orang lain. 


3)   SIKAP KONSUMERISME
Sikap komsumerisme merupakan sikap hidup yang boros / konsumtif. Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada. Peningkatan tersebut menimbulkan pola hidup mewah pada sebagian masyarakat. Hal ini akan menjadikan masalah jika pola hidup mewah tersebut diiringi dengan keadaan konsumsi secara berlebihan oleh orang dengan kemampuan ekonomi rendah, sehingga mereka menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan materi dan memenuhi keinginannya untuk bergaya hidup mewah. Pola hidup seperti ini merupakan suatu anggapan bahwa barang adalah sumber kebahagiaan yang mengakibatkan mereka melakukan cara berkonsumsi yang sudah melampaui batas atau yang sering disebut konsumerisme.
4)   KESENJANGAN SOSIAL EKONOMI
Timbulnya pelapisan social yang kuat ant yang kaya dengan yang miskin. Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Kesenjangan sosial ekonomi pada masyarakat merupakan salah satu dampak dari modernisasi dan pembangunan yang sangat membahayakan kehidupan bangsa sehingga akan mengancam stabilitas nasional. Kesenjangan sosial ekonomi akan menimbulakan kecemburuan sosial yang disebabkan oleh kondisi taraf hidup layak hanya dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat, padahal sebagian besar masyarakat yang lain berada dalam taraf hidup kesederhanaan, bahkan kemelaratan.
5)   KRIMINALITAS SEBAGAI PROFESI DAN KEBIASAAN
Batasan antara penjahat professional dan yang sebagai kebiasaan menurut Noach adalah: “Penjahat professional memang pekerjaannya atau mata pencahariannya sebagai penjahat, sedangkan penjahat sebagai kebiasaan, kecuali melakukan kejahatan juga mempunyai pekerjaan lain. Apakah menjadi tumpuan penghidupannya itu pekerjaan dari kejahatan atau pekerjaan yang lain yang halal bukan masalah”. Sutherland menunjukkan sifat-sifat khusus dari penjahat professional antara lain sebagai berikut: “Secara teratur tiap hari menyiapkan dan melakukan kejahatan. Untuk itu, penjahat tersebut memerlukan kemampuan teknik guna melakukan kejahatannya dan melatih diri serta mengembangkan kemampuannya itu.
Pencuri professional dapat melakukan kejahatannya dengan aman karena tiga hal yaitu:
a. Memilih cara yang paling minimum bahayanya     
b. Pencuri meningkatkan ketrampilan dan kemampuannya baik secara fisik maupun psikisnya
c. Dengan cara mengatur “fix” (pemulihan) sekiranya ia tertangkap, teknik pemulihan itu juga sedemikian rupa, baik dilakukan oleh si pencuri sendiri maupun oleh orang lain, dan tidak jarang polisi, jaksa, bahkan hakim dilibatkan.
Selain kejahatan secara umum, ada pula kejahatan yang terorganisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar