DISINTEGRASI SOSIAL
Disintegrasi
sosial terjadi ketika unsur- unsur sosial yang berbeda yang ada dalam
masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri satu sama lain. Ketika unsur sosial
yang satu memaksakan diri, maka unsur sosial yang lainnya akan memberontak atau
melawan. Misalnya, pemerintah merencanakan pembangunan jalan tol dari sebuah
kota ke kota lainnya. Jalan tol tersebut akan melewati tanah, kebun, sawah,
bahkan pemukiman warga. Itu berarti akan ada penggusuran. Setiap unsur dalam
masalah ini (masyarakat dan pemerintah) saling memaksakan kehendak. Dengan
kekuasaannya, pemerintah mengerahkan polisi dan tentara untuk mengamankan
jalannya penggusuran. Sementara warga bertahan mati-matian dan tidak mau
digusur, karena akan menyengsarakan hidup mereka sendiri. Tentu keadaan semacam
ini akan menimbulkan disintegrasi sosial.
Rakyat
bahkan sering berhadapan dengan aparat keamanan yang menggunakan kekerasan demi
menyukseskan rencana pemerintah. Pembukaan jalan tol tentu merupakan sebuah
rencana yang baik, misalnya membuka isolasi daerah dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Rakyat yang mempertahankan harta kekayaannya supaya tidak digusur pun merupakan sikap yang benar.
Karena itu, tentu dibutuhkan langkah dialog yang persuasif dan saling
menguntungkan agar program pemerintah bisa saling bersintesa dengan kepentingan
masyarakat. Ini hanya salah satu contoh dari berbagai kemungkinan disintegrasi
sosial di negara Indonesia.
Pertanyaan
sekarang adalah mengapa terjadinya disintegrasi sosial berhadapan dengan
perubahan sosial dalam masyarakat? Ada beberapa alasan yang mampu menjelaskan
dan menjawab pertanyaan ini.
1.) Tidak adanya persamaan pandangan mengenai
tujuan semula yang ingin dicapai.
Misalnya,
masyarakat Indonesia mencita-citakan terbentuknya masyarakat yang adil dan
makmur dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Ini merupakan
kesepakatan awal dan dinyatakan dalam UUD 1945. Jika ada daerah atau provinsi
di Indonesia yang mendirikan negara sendiri, tindakan semacam ini akan
menimbulkan disintegrasi nasional.
2.) Norma-norma masyarakat mulai tidak berfungsi
dengan baik sebagai alat pengendalian sosial Misalnya, hukum ditegakkan secara
tidak adil menguntungkan segelintir orang saja. Orang yang melakukan tindakan
kejahatan dibiarkan bebas karena memiliki uang untuk menyogok aparat penegak
hukum. Sementara masyarakat kecil langsung dikenai sanksi. Kalau ini terjadi,
dapat dipastikan bahwa disintegrasi sosial akan terjadi.
3.) Terjadi pertentangan antar norma-norma yang
ada dalam masyarakat.
Misalnya,
ada sekelompok orang yang menganggap minum minuman keras tidak salah. Sementara
masyarakat lainnya menganggap hal itu sebagai salah karena bertentangan dengan
norma agama. Akan terjadi kekacauan sosial jika kedua kelompok masyarakat ini
saling memaksakan kehendak. Di sini dibutuhkan hukum yang tegas dan berani
mengatakan bahwa minuman keras salah secara hukum atau tidak. Jika sudah ada
kejelasan secara hukum, semua warga negara harus mentaatinya supaya keadaan
harmonis dapat terbentuk dalam masyarakat tersebut.
Akibat
negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu
menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan
diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan
disintegrasi.
Penerimaan
masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku
masyarakat yang bersangkutan. Apabila perubahan sosial budaya tersebut tidak
berpengaruh pada keberadaan atau pelaksanaan nilai dan norma maka perilaku
masyarakat akan positif. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut
menyimpang atau berpengaruh pada nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan
negatif.
Di
bawah ini diuraikan beberapa contoh sikap masyarakat karena adanya perubahan
sosial budaya adalah sebagai berikut.
a)
Aksi protes adalah pergolakan massa yang bersifat umum sebagai perwujudan rasa
tidak puas terhadap keputusan-keputusan dan kejadian di masyarakat.
b) Demonstrasi adalah gerakan massa
yang bersifat langsung dan terbuka serta dengan lisan ataupun tulisan dalam
memperjuangkan kepentingan yang disebabkan oleh adanya penyimpangan sistem,
perubahan yang inskontitusional dan tidak efektifnya sistem yang berlaku. Disintegrasi masyarakat karena perubahan
sosial budaya yang begitu cepat (revolusi)
Revolusi
merupakan perubahan yang berlangsung secara radikal, cepat, dan bahkan identik
dengan tindak kekerasan. Melalui revolusi fisik, yaitu peperangan yang terjadi
pada suatu negara, baik peperangan sesama satu bangsa maupun peperangan dengan
bangsa lain akan dapat merusak struktur politik, ekonomi sosial, dan budaya
masyarakat yang sedang berperang. Contohnya, perang Indonesia-Belanda antara
tahun 1945-1949.
- Disintegrasi masyarakat karena tidak berfungsinya lembaga-lembaga yang ada
Apabila dalam proses pembangunan
(perubahan yang direncanakan) terdapat penyimpangan-penyimpangan perilaku dari
para aparat pelaksana pembangunan (pembangunan yang tidak dikehendaki), maka
akan timbul perubahan sosial yang bersifat disintegrasi. Penyimpangan ini akan
menyebabkan tidak berfungsinya berbagai lembaga secara baik sehingga akan
tampak bahkan lembaga-lembaga itu secara formal ada, tetapi secara riil sudah
tidak berfungsi. Banyak contoh lain yang menggambarkan proses disintegrasi yang
terjadi karena adanya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan, misalnya
kesenjangansosial, pengangguran, dan berbagai tindak kriminal.
- Disintegrasi masyarakat karena bentuk perubahan yang pengaruhnya besar
Bentuk perubahan yang pengaruhnya
besar contohnya adalah proses industrialisasi. Lebih-lebih apabila kondisi
sosial psikologis masyarakatnya yang tidak siap sehingga menimbulkan
disintegrasi dan cultural lag (kesenjangan kebudayaan). Contohnya, pengembangan
teknologi pertanian yang begitu pesat melalui sistem pengolahan lahan pertanian
dengan membuatkan traktor. Akan tetapi, kehadiran traktor dianggap
menghancurkan sumber mata pencaharian buruh tani, akhirnya para buruh tani
mengadakan aksi protes.
Dalam perkembangan kehidupan masyarakat,
masih banyak contoh terjadinya disintegrasi sebagai akibat dari perusahaan
sosial. Proses industrialisasi dalam berbagai bidang apabila tidak diikuti
dengan penyikapan mental yang baik akan menyebabkan berkembangnya mentalitas
individualistis, materialistis, konsumerisme, dan hedonistic. Apabila
mentalitas negative ini berkembang dalam lingkungan keluarga, tidak mustahil
akan timbul disintegrasi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar