Halaman

Jumat, 28 Desember 2012


DISINTEGRASI SOSIAL


Disintegrasi sosial terjadi ketika unsur- unsur sosial yang berbeda yang ada dalam masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri satu sama lain. Ketika unsur sosial yang satu memaksakan diri, maka unsur sosial yang lainnya akan memberontak atau melawan. Misalnya, pemerintah merencanakan pembangunan jalan tol dari sebuah kota ke kota lainnya. Jalan tol tersebut akan melewati tanah, kebun, sawah, bahkan pemukiman warga. Itu berarti akan ada penggusuran. Setiap unsur dalam masalah ini (masyarakat dan pemerintah) saling memaksakan kehendak. Dengan kekuasaannya, pemerintah mengerahkan polisi dan tentara untuk mengamankan jalannya penggusuran. Sementara warga bertahan mati-matian dan tidak mau digusur, karena akan menyengsarakan hidup mereka sendiri. Tentu keadaan semacam ini akan menimbulkan disintegrasi sosial.
Rakyat bahkan sering berhadapan dengan aparat keamanan yang menggunakan kekerasan demi menyukseskan rencana pemerintah. Pembukaan jalan tol tentu merupakan sebuah rencana yang baik, misalnya membuka isolasi daerah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Rakyat yang mempertahankan harta kekayaannya supaya tidak  digusur pun merupakan sikap yang benar. Karena itu, tentu dibutuhkan langkah dialog yang persuasif dan saling menguntungkan agar program pemerintah bisa saling bersintesa dengan kepentingan masyarakat. Ini hanya salah satu contoh dari berbagai kemungkinan disintegrasi sosial di negara Indonesia.
Pertanyaan sekarang adalah mengapa terjadinya disintegrasi sosial berhadapan dengan perubahan sosial dalam masyarakat? Ada beberapa alasan yang mampu menjelaskan dan menjawab pertanyaan ini.
1.)   Tidak adanya persamaan pandangan mengenai tujuan semula yang ingin dicapai.
Misalnya, masyarakat Indonesia mencita-citakan terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Ini merupakan kesepakatan awal dan dinyatakan dalam UUD 1945. Jika ada daerah atau provinsi di Indonesia yang mendirikan negara sendiri, tindakan semacam ini akan menimbulkan disintegrasi nasional.
2.)   Norma-norma masyarakat mulai tidak berfungsi dengan baik sebagai alat pengendalian sosial Misalnya, hukum ditegakkan secara tidak adil menguntungkan segelintir orang saja. Orang yang melakukan tindakan kejahatan dibiarkan bebas karena memiliki uang untuk menyogok aparat penegak hukum. Sementara masyarakat kecil langsung dikenai sanksi. Kalau ini terjadi, dapat dipastikan bahwa disintegrasi sosial akan terjadi.
3.)   Terjadi pertentangan antar norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Misalnya, ada sekelompok orang yang menganggap minum minuman keras tidak salah. Sementara masyarakat lainnya menganggap hal itu sebagai salah karena bertentangan dengan norma agama. Akan terjadi kekacauan sosial jika kedua kelompok masyarakat ini saling memaksakan kehendak. Di sini dibutuhkan hukum yang tegas dan berani mengatakan bahwa minuman keras salah secara hukum atau tidak. Jika sudah ada kejelasan secara hukum, semua warga negara harus mentaatinya supaya keadaan harmonis dapat terbentuk dalam masyarakat tersebut.
Akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi.
Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan. Apabila perubahan sosial budaya tersebut tidak berpengaruh pada keberadaan atau pelaksanaan nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan positif. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut menyimpang atau berpengaruh pada nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan negatif.
Di bawah ini diuraikan beberapa contoh sikap masyarakat karena adanya perubahan sosial budaya adalah sebagai berikut.
a) Aksi protes adalah pergolakan massa yang bersifat umum sebagai perwujudan rasa tidak puas terhadap keputusan-keputusan dan kejadian di masyarakat.
          b) Demonstrasi adalah gerakan massa yang bersifat langsung dan terbuka serta dengan lisan ataupun tulisan dalam memperjuangkan kepentingan yang disebabkan oleh adanya penyimpangan sistem, perubahan yang inskontitusional dan tidak efektifnya sistem yang berlaku. Disintegrasi masyarakat karena perubahan sosial budaya yang begitu cepat (revolusi)
Revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara radikal, cepat, dan bahkan identik dengan tindak kekerasan. Melalui revolusi fisik, yaitu peperangan yang terjadi pada suatu negara, baik peperangan sesama satu bangsa maupun peperangan dengan bangsa lain akan dapat merusak struktur politik, ekonomi sosial, dan budaya masyarakat yang sedang berperang. Contohnya, perang Indonesia-Belanda antara tahun 1945-1949.

  1. Disintegrasi masyarakat karena tidak berfungsinya lembaga-lembaga yang ada
Apabila dalam proses pembangunan (perubahan yang direncanakan) terdapat penyimpangan-penyimpangan perilaku dari para aparat pelaksana pembangunan (pembangunan yang tidak dikehendaki), maka akan timbul perubahan sosial yang bersifat disintegrasi. Penyimpangan ini akan menyebabkan tidak berfungsinya berbagai lembaga secara baik sehingga akan tampak bahkan lembaga-lembaga itu secara formal ada, tetapi secara riil sudah tidak berfungsi. Banyak contoh lain yang menggambarkan proses disintegrasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan, misalnya kesenjangansosial, pengangguran, dan berbagai tindak kriminal.

  1. Disintegrasi masyarakat karena bentuk perubahan yang pengaruhnya besar
Bentuk perubahan yang pengaruhnya besar contohnya adalah proses industrialisasi. Lebih-lebih apabila kondisi sosial psikologis masyarakatnya yang tidak siap sehingga menimbulkan disintegrasi dan cultural lag (kesenjangan kebudayaan). Contohnya, pengembangan teknologi pertanian yang begitu pesat melalui sistem pengolahan lahan pertanian dengan membuatkan traktor. Akan tetapi, kehadiran traktor dianggap menghancurkan sumber mata pencaharian buruh tani, akhirnya para buruh tani mengadakan aksi protes.
     Dalam perkembangan kehidupan masyarakat, masih banyak contoh terjadinya disintegrasi sebagai akibat dari perusahaan sosial. Proses industrialisasi dalam berbagai bidang apabila tidak diikuti dengan penyikapan mental yang baik akan menyebabkan berkembangnya mentalitas individualistis, materialistis, konsumerisme, dan hedonistic. Apabila mentalitas negative ini berkembang dalam lingkungan keluarga, tidak mustahil akan timbul disintegrasi keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar